Showing posts with label Tutorial Vray. Show all posts
Showing posts with label Tutorial Vray. Show all posts

Membuat dan Menggunakan V-Ray Proxy (diterjemahkan secara bebas oleh sadyo adhi)

Tutorial VRay ini adalah terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia dari tutorial yang disediakan oleh Chaos Group sebagai pengembang software render VRay for SketchUp yang ada pada Situs resmi Chaos Group.

Tutorial ini akan menyajikan langkah-demi-langkah untuk beberapa proses render yang paling umum. Beberapa tutorial juga akan menunjukkan penggunaan tertentu dari fitur V-Ray.

Ikhtisar Membuat dan Menggunakan V-Ray Proxy

Tutorial ini akan mengajarkan bagaimana menggunakan fitur V-Ray Proxy di V-Ray for SketchUp.

V-Ray mesh akan disimpan ke hard drive kita dan akan dimasukkan secara dinamis selama proses rendering. Ini adalah bagaimana ukuran file SketchUp dibuat tetap kompak dan penggunaan RAM komputer dapat dioptimalkan.

Memulai V-Ray Proxy

Langkah-langkahnya

1. Buka Scene kita.
2. Pilih salah satu dari semak-semak yang kita lihat di sisi pagar.
3. Tekan ikon "Ekspor Proxy"untuk membuat proxy V-Ray kita.

4. Beri nama dan simpan file .vrmesh dimana pun kita suka.
5. Kita akan melihat geometri semak asli berubah bentuk dalam SketchUp, ini normal. Segitiga tersebut menggambarkan versi proxy V-Ray yang disederhanakan yang dipergunakan dalam scene ini.
6. Hapus semak-semak lain dari scene.
7. Gunakan copy dan paste, ganti semak-semak dengan objek proxy baru kita. Akan lebih mudah untuk mem-paste objek dan kemudian memindahkannya ke lokasi yang kita inginkan dengan menggunakan move tool.
8. Tekan Render:
 




Source: Sketchunesia(komunitas sketchup indonesia)

Tutorial Settingan Vray Sketchup Bahasa Indonesia By: Master FAHRUDIN YUNIANTO #2

 Tutorial Settingan Vray Sketchup Bahasa Indonesia By: Master FAHRUDIN YUNIANTO #2
 Untuk mengatur posisi view camera bisa menggunakan tools Orbit,Pan & Look Around  Setting Lens shift untuk mendapatkan posisi yang tegak pada output render :  ~> V-ray option render ~> Camera ~> Lens shift : 0.19  Setting Shadow :  ~> UTC-07:00 ~> Time 09:00 AM ~> Date 02/20  Note : Untuk setiap angel / view camera maka nilai Lens shiftnya akan berbeda
 Untuk mengatur posisi view camera bisa menggunakan tools Orbit,Pan & Look Around

Setting Lens shift untuk mendapatkan posisi yang tegak pada output render :

~> V-ray option render
~> Camera
~> Lens shift : 0.19

Setting Shadow :

~> UTC-07:00
~> Time 09:00 AM
~> Date 02/20

Note : Untuk setiap angel / view camera maka nilai Lens shiftnya akan berbeda

 Setting material aspal :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan texture Bump :  ~> Klik bagian map ~> Klik M (bump) ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color) ~> Klik Ok ~> Rubah nilai bump menjadi 1.5 (setiap material berbeda nilai bump)
 Setting material aspal :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan texture Bump :

~> Klik bagian map
~> Klik M (bump)
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color)
~> Klik Ok
~> Rubah nilai bump menjadi 1.5 (setiap material berbeda nilai bump)

 Setting material Beton :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan texture Bump :  ~> Klik bagian map ~> Klik M (bump) ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color) ~> Klik Ok ~> Rubah nilai bump menjadi 1 (setiap material berbeda nilai bump)
 Setting material Beton :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan texture Bump :

~> Klik bagian map
~> Klik M (bump)
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color)
~> Klik Ok
~> Rubah nilai bump menjadi 1 (setiap material berbeda nilai bump)

Setting material Batu Palimanan :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan texture Bump :  ~> Klik bagian map ~> Klik M (bump) ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color) ~> Klik Ok ~> Rubah nilai bump menjadi 4 (setiap material berbeda nilai bump)
 Material Batu Palimanan

Setting material Batu Palimanan :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan texture Bump :

~> Klik bagian map
~> Klik M (bump)
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color)
~> Klik Ok
~> Rubah nilai bump menjadi 4 (setiap material berbeda nilai bump)

 Setting material Batu Paras Jogja :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan texture Bump :  ~> Klik bagian map ~> Klik M (bump) ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color) ~> Klik Ok ~> Rubah nilai bump menjadi 5 (setiap material berbeda nilai bump)
 Setting material Batu Paras Jogja :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan texture Bump :

~> Klik bagian map
~> Klik M (bump)
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color)
~> Klik Ok
~> Rubah nilai bump menjadi 5 (setiap material berbeda nilai bump)

Setting material Batu Palimanan Hitam :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan texture Bump :  ~> Klik bagian map ~> Klik M (bump) ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color) ~> Klik Ok ~> Rubah nilai bump menjadi 2 (setiap material berbeda nilai bump)
 Material Batu Palimanan Hitam

Setting material Batu Palimanan Hitam :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan texture Bump :

~> Klik bagian map
~> Klik M (bump)
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file (file grayscale lebih bagus daripada file RGB color)
~> Klik Ok
~> Rubah nilai bump menjadi 2 (setiap material berbeda nilai bump)

Material Batu Travertin Setting material Batu Travertin :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan Reflection :  ~> Klik kanan pada nama material ~> Create Layer ~> Pilih Reflection ~> Klik M ~> Plih TexFrasnel ~> Rubah nilai IOR menjadi 1.2 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap) ~> Klik Ok
Material Batu Travertin
Setting material Batu Travertin :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan Reflection :

~> Klik kanan pada nama material
~> Create Layer
~> Pilih Reflection
~> Klik M
~> Plih TexFrasnel
~> Rubah nilai IOR menjadi 1.2 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap)
~> Klik Ok


 Setting material Kayu 1 :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan Reflection :  ~> Klik kanan pada nama material ~> Create Layer ~> Pilih Reflection ~> Klik M rubah nilai Reflection menjadi 0,5 (untuk mengurangi sedikit noise) ~> Plih TexFrasnel ~> Rubah nilai IOR menjadi 1.3 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap) ~> Klik Ok ~> Hiligh    : 0,85 ~> Reclect : 0,85 ~> Subdivs  : 10
 Setting material Kayu 1 :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan Reflection :

~> Klik kanan pada nama material
~> Create Layer
~> Pilih Reflection
~> Klik M rubah nilai Reflection menjadi 0,5 (untuk mengurangi sedikit noise)
~> Plih TexFrasnel
~> Rubah nilai IOR menjadi 1.3 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap)
~> Klik Ok
~> Hiligh    : 0,85
~> Reclect : 0,85
~> Subdivs  : 10


 Setting material Kayu 2 :  ~> Klik M ~> Pilih TexBitmap ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan Reflection :  ~> Klik kanan pada nama material ~> Create Layer ~> Pilih Reflection ~> Klik M rubah nilai Reflection menjadi 0,5 (untuk mengurangi sedikit noise) ~> Plih TexFrasnel ~> Rubah nilai IOR menjadi 1.3 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap) ~> Klik Ok ~> Hiligh    : 0,85 ~> Reclect : 0,85 ~> Subdivs  : 32
 Setting material Kayu 2 :

~> Klik M
~> Pilih TexBitmap
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan Reflection :

~> Klik kanan pada nama material
~> Create Layer
~> Pilih Reflection
~> Klik M rubah nilai Reflection menjadi 0,5 (untuk mengurangi sedikit noise)
~> Plih TexFrasnel
~> Rubah nilai IOR menjadi 1.3 (angka semakin tinggi akan semakin mengkilap)
~> Klik Ok
~> Hiligh    : 0,85
~> Reclect : 0,85
~> Subdivs  : 32


 Setting material Kaca :  ~> Diffuse color Black (RGB 0) ~> Pilih Transparency color White (RBG 255) ~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus) ~> Klik Ok  Menambahkan Reflection :  ~> Klik kanan pada nama material ~> Create Layer ~> Pilih Reflection ~> Klik M ~> Plih TexFrasnel ~> Rubah rubah warna pada perpendicular menjadi R : 190 G : 190 B : 190 ~> Klik Ok  Menambahkan Refraction :  ~> Klik kanan pada nama material ~> Create Layer ~> Pilih Refraction
 Setting material Kaca :

~> Diffuse color Black (RGB 0)
~> Pilih Transparency color White (RBG 255)
~> Pilih file .jpg untuk di jadikan texture (texture resolusi besar lebih bagus)
~> Klik Ok

Menambahkan Reflection :

~> Klik kanan pada nama material
~> Create Layer
~> Pilih Reflection
~> Klik M
~> Plih TexFrasnel
~> Rubah rubah warna pada perpendicular menjadi R : 190 G : 190 B : 190
~> Klik Ok

Menambahkan Refraction :

~> Klik kanan pada nama material
~> Create Layer
~> Pilih Refraction

 Merubah Region sequence menjadi Top - Bottom (untuk mengatur laju bucket render) Merubah nilai Ozon pada Envoronment sky ~> Klik M pada GI (skylight) ~> Pilih Texsky ~> Rubah nilai Ozon menjadi satu (nilai standar ozon 0.35)
 Merubah Region sequence menjadi Top - Bottom (untuk mengatur laju bucket render) Merubah nilai Ozon pada Envoronment sky
~> Klik M pada GI (skylight)
~> Pilih Texsky
~> Rubah nilai Ozon menjadi satu (nilai standar ozon 0.35)

 Mengaktifkan & merubah Overide Focal length menjadi 25,5 (untuk mengatur jarak pandang) Merubah shutter speed menjadi 200 Merubah nilai Noise threshold menjadi 0,005 (nilai standar 0,01) Merubah type Color mapping menjadi Reinhard Menambahkan hasil output Render ID
 Mengaktifkan & merubah Overide Focal length menjadi 25,5 (untuk mengatur jarak pandang) Merubah shutter speed menjadi 200
Merubah nilai Noise threshold menjadi 0,005 (nilai standar 0,01) Merubah type Color mapping menjadi Reinhard
Menambahkan hasil output Render ID

 Merubah nilai Max rate menjadi -1 (nilai standar -2) Merubah nilai Subdives menjadi 1000 ( nilai standar 800)
 Merubah nilai Max rate menjadi -1 (nilai standar -2) Merubah nilai Subdives menjadi 1000 ( nilai standar 800)

Edit selanjutnya dengan Photoshop sesuai selera.  Tutorial ini dipersembahkan oleh komunitas Sketchup indonesia Sketchunesia.
Edit selanjutnya dengan Photoshop sesuai selera.
Tutorial ini dipersembahkan oleh komunitas Sketchup indonesia Sketchunesia.
Tutorial Settingan Vray Sketchup Bahasa Indonesia By: Master FAHRUDIN YUNIANTO #2
Sumber: Sketchunesia

Tutorial Sketchup Vray bahasa Indonesia Exterior Scence (Master FAHRUDIN YUNIANTO)

Tutorial Sketchup Vray bahasa Indonesia Exterior Scence (Master FAHRUDIN YUNIANTO)
 Tutorial Sketchup Vray bahasa Indonesia Exterior Scence (Master FAHRUDIN YUNIANTO)
TURBIDITY :  Parameter ini mangatur warna langit,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakn langit berwarna biru dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilakn langit berwarna orange  Sumber :http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm
 TURBIDITY :

Parameter ini mangatur warna langit,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakn langit berwarna biru dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilakn langit berwarna orange

Sumber :http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm

 OZONE :  Parameter ini mangatur warna cahaya /ambient,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakn langit berwarna orange dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilakn langit berwarna biru  Sumber :http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm
 OZONE :

Parameter ini mangatur warna cahaya /ambient,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakn langit berwarna orange dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilakn langit berwarna biru

Sumber :http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm

SIZE :  Parameter ini mangatur blur atau tajamnya suatu bayangan,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakan bayangan yang tajam dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilkan bayangan yang blur  Sumber : http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm
SIZE :

Parameter ini mangatur blur atau tajamnya suatu bayangan,Jika menggunakan nilai parameter rendah maka akan meghasilakan bayangan yang tajam dan Jika menggunakan nilai parameter tinggi maka akan menghasilkan bayangan yang blur

Sumber : http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm

Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik  Aperture ( F ) atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut: f/1.2 f/1.4 f/1.8 f/2.0 f/2.8 f/3.5 f/4.0 dst...  ISO tingkat sensitivitas kamera terhadap cahaya yang tersedia . Hal ini biasanya diukur dalam angka, angka yang lebih rendah mewakili sensitivitas lebih rendah terhadap cahaya yang tersedia sedangkan angka yang lebih tinggi berarti lebih banyak sensitivitas . Lebih sensitivitas datang pada biaya meskipun , dengan meningkatnya ISO , demikian juga butir / noise pada gambar. Contoh ISO : 100 , 200 , 400 , 800 , 1600.    Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.  Tips untuk memotret pada siang hari : Saat menentukan nilai exposure, lebih baik mulailah dengan shutter speed tinggi, sekitar 1/1000 keatas, karena kamu menghadapi peraturan Sunny 16 yang mengatakan bahwa kalau kamu memotret di hari yang terang dan mengatur shutter speed yang seimbang dengan ISO dan angka aperture-nya f/16, kamu akan mendapatkan exposure yang benar. Jadi, kalau kamu mengatur ISO ke 100, dan shutter speed 1/100, maka angka aperture-nya sebaiknya f/16. TAPI, karena kita akan belajar memotret dengan matahari yang terik, untuk dapat mengekspos wajah objek dengan benar, kita akan mengatur angka aperture setidaknya satu atau dua f-stop lebih cepat, antara f/11 atau f/8. Sebagai tambahannya, kita akan coba menjaga background tetap bersih dan out of focus dengan lensa panjang, jadi lebih baik gunakan aperture yang lebih lebar dan naikkan shutter speed-nya. Untuk ISO 100 mungkin membutuhkan shutter speed 1/1000 dengan f/4 atau 1/2000 dengan f/2.8 sebagai permulaan, lalu dari situ kamu bisa menaikkan atau menurunkan shutter speed dan angka aperture yang sesuai dengan gaya fotografimu.  Sumber : http://ryanherdian.tumblr.com/teknik_dasar_fotografi http://fotonela.com/1073/tips-memotret-dibawah-cahaya-matahari-terik/
  • Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik

  • Aperture ( F ) atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut: f/1.2 f/1.4 f/1.8 f/2.0 f/2.8 f/3.5 f/4.0 dst...
  • ISO tingkat sensitivitas kamera terhadap cahaya yang tersedia . Hal ini biasanya diukur dalam angka, angka yang lebih rendah mewakili sensitivitas lebih rendah terhadap cahaya yang tersedia sedangkan angka yang lebih tinggi berarti lebih banyak sensitivitas . Lebih sensitivitas datang pada biaya meskipun , dengan meningkatnya ISO , demikian juga butir / noise pada gambar. Contoh ISO : 100 , 200 , 400 , 800 , 1600.



Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.

Tips untuk memotret pada siang hari :
Saat menentukan nilai exposure, lebih baik mulailah dengan shutter speed tinggi, sekitar 1/1000 keatas,
karena kamu menghadapi peraturan Sunny 16 yang mengatakan bahwa kalau kamu memotret di hari yang terang dan mengatur shutter speed yang seimbang dengan ISO
dan angka aperture-nya f/16, kamu akan mendapatkan exposure yang benar. Jadi, kalau kamu mengatur ISO ke 100, dan shutter speed 1/100,
maka angka aperture-nya sebaiknya f/16. TAPI, karena kita akan belajar memotret dengan matahari yang terik, untuk dapat mengekspos wajah objek dengan benar, kita akan mengatur angka aperture setidaknya satu atau dua f-stop lebih cepat, antara f/11 atau f/8. Sebagai tambahannya, kita akan coba menjaga background
tetap bersih dan out of focus dengan lensa panjang, jadi lebih baik gunakan aperture yang lebih lebar dan naikkan shutter speed-nya. Untuk ISO 100 mungkin membutuhkan shutter speed 1/1000 dengan f/4 atau 1/2000 dengan f/2.8 sebagai permulaan,
lalu dari situ kamu bisa menaikkan atau menurunkan shutter speed dan angka aperture yang sesuai dengan gaya fotografimu.

Sumber : http://ryanherdian.tumblr.com/teknik_dasar_fotografi http://fotonela.com/1073/tips-memotret-dibawah-cahaya-matahari-terik/

 AMAOUNT:  Parameter ini mangatur banyaknya noise pada permukaan bidan,terutama pada bidang  yang memiliki reflection JIka menggunakan nilai amaount tinggi akan terlihat banyak noise yang tertangkap dan Jika menggunakan nilai amount rendah makan akan mengurangi jumlah noise yang tertangkap  Note : Gunakan nilai standar 0.85 itu sudah menghasilkan gambar yang bagus
 AMAOUNT:

Parameter ini mangatur banyaknya noise pada permukaan bidan,terutama pada bidang  yang memiliki reflection
JIka menggunakan nilai amaount tinggi akan terlihat banyak noise yang tertangkap
dan Jika menggunakan nilai amount rendah makan akan mengurangi jumlah noise yang tertangkap

Note : Gunakan nilai standar 0.85 itu sudah menghasilkan gambar yang bagus

 NOISE TRESHOLD :  Parameter ini mangatur banyaknya noise pada gambar,JIka menggunakan nilai noise tinggi akan terlihat jelas jumlah noise yang tertangkap dan Jika menggunakan nilai noise rendah makan akan mengurangi jumlah noise yang tertangkap  Sumber : http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm
 NOISE TRESHOLD :

Parameter ini mangatur banyaknya noise pada gambar,JIka menggunakan nilai noise tinggi akan terlihat jelas jumlah noise yang tertangkap dan Jika menggunakan nilai noise rendah makan akan mengurangi jumlah noise yang tertangkap

Sumber : http://help.chaosgroup.com/vray/help/150SP1/index.htm

 Linear multiply : menghasilkan gambar yang overbright / kontras  Exponential : menghasilakn gambar yang kurang kontras / pucat  Reinhard     : menghasilkan gambar perpaguan antara Lienar dengan Exponential Jika parameter Burn value menggunakan nilai tinggi maka akan menghasilakn gamabr seperti Lienar dan Jika parameter Burn Value menggunakan nilai rendah maka akan menghasilkan gambar seperti Exponential  Note : Parameter Burn value hanya ada pada Color mapping Reinhard.
 Linear multiply : menghasilkan gambar yang overbright / kontras

Exponential : menghasilakn gambar yang kurang kontras / pucat

Reinhard     : menghasilkan gambar perpaguan antara Lienar dengan Exponential
Jika parameter Burn value menggunakan nilai tinggi maka akan menghasilakn gamabr seperti Lienar
dan Jika parameter Burn Value menggunakan nilai rendah maka akan menghasilkan gambar seperti Exponential

Note : Parameter Burn value hanya ada pada Color mapping Reinhard.

Irradiance map  Minrate & Maxrate  : menentukan jumlah banyaknya prepase  Minrate -3 Maxrate 0 = Hight setting (4x prepase)   Minrate -3 Maxrate -1 = Medium setting (3x prepase)   Minrate -3 Maxrate -2 = Low setting (2x prepase)   Minrate -3 Maxrate -3 = Very low setting (1x prepase)
Irradiance map

Minrate & Maxrate  : menentukan jumlah banyaknya prepase

Minrate -3 Maxrate 0 = Hight setting (4x prepase)
Minrate -3 Maxrate -1 = Medium setting (3x prepase)
Minrate -3 Maxrate -2 = Low setting (2x prepase)
Minrate -3 Maxrate -3 = Very low setting (1x prepase)



Source: Sketchunesia